Kamis, 19 April 2012

Cerita dan Nama Interfold (3)


--- Kelas 3 ---
Tahun ini adalah tahun ketiga, semester terakhir artinya ini adalah waktu dimana kami semua akan menempuh pertempuran yang akan menentukan masa depan kami. Apakah itu benar? Apa yang selanjutnya akan terjadi? Bagaimanakah kisah Rafi Ahmad dan Yuni Sarah (*plak woyy!! Penublek nit uh bukan acara Silet ngapain ngikutin gaya Fenny Rose). Oh! Maaf, tadi kebawa emosi. Eh tadi suara siapa yah yang nyadarin?? Ah gak peduli kita langsung ke intinya aja.
Menjelang UAN, disekolah akan diadakan belajar sore dan itu berarti semua akan belajar dari pagi sampai sore. Sebagaian siswa-siswi ada yang mengeluh dan ada pula yang antusias untuk mempersiapkan segala-galanya, mulai dari makan siang yang akan dibawa dari rumah ataupun menambah uang jajan untuk makan siang sebelum belajar sore.
Saking antusiasnya ditengah pelajaran seorang siswa memulai pembicaraan sambil berbisik pelan.
                “Wah minggu depan sudah mulai belajar sore ya? Hemm”, bisik aku bertanya untuk memastikan.
                “Iya nih, enaknya bawa bekal pa disini aja ya?”Tanya balik si Riri teman sebangkuku.
                “Kalau aku sih kayaknya mending bawa uang lebih aja biar kita bias milih sesuka kita”, jawabku.
                “Oh boleh juga tuh, daripada repot bawa bekal”, sahut Riri.
Setelah pelajaran jam pertama dan kedua selesai, ditengah istirahat pun pembicaran mengenai makan siang sebelum belajar sore masih berlanjut.
                “Eh teman-teman, rencana kalian gimana?” Tanya Widi ketua kelas.
                “Nggak pake pusing, aku bawa jajan lebih”, aku teriak.
                “Kalau aku sih, ntar dibawain sama emak. Makanan rumah tiada duanya”, sahut Resty dengan keras.
                “Huh, lu enak. Eh gimana kalau kita barengan aja”, tukasku.
                “Huh dasar lu, mau enaknya aja”, sambung Resty.
                “Ya iyalah yang enak, ngapain milih yang gak enak kalau ada yang enak”, sindirku.
                “Eh teman-teman! Kata si Diyanti, mamanya buka nasi katering, gimana kalian mau ga?” Tanya Widi.
                “Serius??”, Tanya semua teman-teman antusias.
                “Iya, daripada kalian pusingkan, mamaku ntar pas pulang sekolah bawa makanannya, jadi kondisi makanannya masih hangat. Gituloh”, jelas Diyanti.
                “Wah, iya boleh tuh. Berapa?”, tanyaku.
                “Hemmm, ntar deh aku tanya mamaku, soalnya tadi aku cuman disuruh tanya teman-teman mau katering atau gak”, jawab Diyanti.
                “Ooooh! Iyah kita catering aja”, seru teman-teman.
Hari pertama belajar sore. Sehabis bel pulang sekolah yang ditujukan untuk siswa siswi kelas 1 dan 2, kami pun menunggu makanan katering dari mama Diyanti.
                “Diyanti! Mamamu mana?? Lama banget”, tanyaku yang sudah gak sabar.
                “Iya tunggu bentar, katanya udah dekat sih. Eh cowok yang gede Ade sama Angry, bantuin dong ambilin makanannya katanya ada di gerbang depan”, Pinta Diyanti.
                “Hah kok kita??”, Tanya Ade dan Angry heran.
                “Iya kan kalian besar, lebih kuat. Kalian mau makan gak”, jelas Diyanti.
Selama makan siang berlangsung. Semua tampak ramai, karena kami saling mencicipi makanan satu sama lain. Soalnya, ada beberapa teman yang membawa bekal dan dibawakan orang tuanya.
                “Eh, nyicip ya. Kelihatannya enak,” seru Alki.
                “Ada yang gak suka udang gak? Minta dong”, seru anak-anak yang lain.
Semua hal itu terjadi selama proses belajar sore diadakan selama beberapa bulan sebelum seminggu UN tiba.

*Masa ujian*
Hy guys,dimasa ujian banyak yang tidak bisa aku jelaskan. Soalnya, waktu masa ujian, pertemuan kami kurang, hanya beberapa yang sempat kumpul sehabis ujian, yang lainnya langsung meninggalkan lokasi sehabis ujian.
Tapi kenangan yang paling penting sehabis ujian itu adalah ketika kami membuat lelucon konyol yang mungkin sebenarnya tidak lucu tapi menjadi sangat lucu. Banyak perkataan konyol yang dilontarkan, meskipun itu kasar tapi tak satupun sari kami yang merasa marah tapi kita tertawa. Salah satu kata konyol yang pernah tenar sehabis ujian adalah “bĂȘte”, mungkin itu terdengar biasa dan tidak mengandung unsur lucu sedikitpun tapi kata itu lucu memang bukan karena artinya tapi karena itu merupakan singkatan dari 2 kata jorok. Dan masih banyak lagi lainnya.
Dimasa SMA kami telah melaluinya bersama selama 3 tahun, dan ditempat yang sama pula. Keanehanpun banyak terjadi. Masalah pribadi menjadi masalah bersama. Semua hal yang tergores dan terekam dikelas kami itu merupakan sejarah kami. Kami akan membuktikan bahwa hal konyol yang kami lakukan kemarin akan menjadi gol kemenangan besar kami. Saat kami kembali dengan wajah ceria dan berkumpul lagi kami akan meneriakkan nama persatuan yang telah kami buat seiring dengan pengukiran sejarah kami, “INTERFOLD 08” adalah dua gabungan kata asing yaitu INTERNATIONAL dan FOLD , yang dimana “International” adalah kelas kami mengukir prestasi dan banyak kenangan, sedangkan “Fold” dalam bahasa inggris artinya ikatan dan angka “08” merupakan symbol angka dari tahun pertama kami memulai sejarah tersebut dan bentuk dari kedua angka tersebut pun memiliki makna yaitu tanpa henti dan tak berujung. Dan begitupun sejarah kami yang dimulai tahun 2008 dan tak berujung. Jadi, ukiran INTERFOLD merupakan sekumpulan orang-orang yang berfikiran International yang terikat erat satu sama lain dan sejarahnya tanpa henti. Itulah kami!

END.

Cerita dan Nama Interfold (2)


--- Kelas 2 ---
Di kelas 2, jumlah siswa dikelasku berkurang. Jumlah awal 35 menjadi 30. Beberapa teman-temanku yang dulu duduk dibelakang sudah keluar dari kelas Inter. Dan aku sudah tidak duduk dibangku paling belakang lagi. Kami dikelas memang semakin akrab, tapi kelas kami selalu terdengar gossip yang tidak enak. Dikelas kami, digosipkan menjadi kelas IPS 3, kelas paling nakal dan banyak lagi lainnya. Tapi itu tidak merobohkan semangat kami yang akan mengikuti ujian Internasional di Yogyakarta. Sounds great, right!??!
                “Woy! Teman-teman siapa aja yang mau ikut ke jogja?”, Tanya widi si ketua kelas. “Tulis dikertas!” perintahnya. Widi memang sosok pemimpin cewek dikelas, selain gayanya yang berwibawa, dia juga salah satu penggemar berat VIERRA Band.
Kehidupan kami dikelas bagaikan tinggal dirumah sendiri, mulai dari kekeluargaan sampai barang-barang keluarga.
Malam hari keberangkatan ke jogja.
Seharusnya malam itu adalah malam paling menyenangkan karena kita sekelas akan pergi kejogja. Tapi tidak, soalnya beberapa teman kami tidak dapat ikut karena beberapa hal. Dan itu membuat kami sedih. Diperjalanan kami terus menyayangkan ketidakberangkatan mereka. Tibanya di Yogyakarta..
Dibandara kami dijemput oleh guru dari SMA yang akan kami tempati ujian. Kami disuguhi makanan karena perjalanan yang jauh cukup membuat kami lapar. Dan hal lucu terjadi.
                “Sstt, hey, katanya kita harus ngambil secukupnya”, kata salah satu cewek.
                “Iya, soalnya ada kejadian memalukan tahun kemarin”, tukas cewek yang lain.
                “Katanya kakak kelas kemarin mengambil makanan yang sangat banyak, tapi karena tidak sesuai selera lidahnya, makanannya tidak dimakan, jadi sisanya dimakan sama guru SMA Jogja”, sambung cewek yang lain.
                “Wah kasian banget ya.. Woy! Teman-teman ingat tuh cerita dan pesan pak Sugiono”, tegas seorang cewek.
Sesampainya di rumah makan.
                “Oh ternyata rumah makan padang”, kataku dalam hati. “Tapi pedes gak ya?”, khawatirku.
                “Eh, ngantri oy”, kata teman cowok.
                Hoh, aku hanya bisa menghela nafas melihat semua makanan warnya merah-kecoklatan. Setelah mengambil beberapa lauk yang tidak berwarna, aku menuju tempat duduk. Tempatnya cukup nyaman, disekeliling dinding dipenuhi kaca besar. Dasar cewek bawaannya ngaca!
Tiba-tiba aku melihat sekelompok anak laki-laki terbahak-bahak melihat kelakuan agi. Aku tahu penyebabnya. Ternyata Agi dengan santainya mengambil 2 pack Yakult yang ada ditempat minuman dingin.
                “Woy! Ngapain kamu ambil Yakult sebanyak itu? Huahahah”, tanya cowok yang berusaha ngomong sambil menahan tawanya.
                “Kalau mau, nih ambil aja”, jawab Agi.
                “Eh gak penting banget lu”, jawab cowok yang lain.
Semuanya terkekeh melihat Agi. Dan tak lama kemudian, kami kembali ke mobil.
Diperjalanan, aku terpukau dengan lingkungan orang jawa. Hari itu adalah pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di Pulau jawa dan sekaligus melihat keramahan mereka. Setibanya di asrama..
                “Copppp!!! Hey ini kamarku”, teriak beberapa cewek.
                “Aku disini”, tukasku. Sekali lagi, aku bersama temanku yang sudah sekelas dari SMP, yah Ade karetan, aku sekamar sama dia bersama dengan Dipta.

Selama beberapa hari, tempat tinggalnya nyaman, walaupun tampaknya agak seram. Sempat juga beberapa waktu, ada teman yang merasakan kejanggalan dan keanehan. Tapi selama disana aku merasa baik-baik saja, apalagi disana ada wifi  gratis!! Haha itu adalah fasilitas yang paling keren. Tapi sayangnya, perlu berjalan cukup jauh dari kamar agar bias dapat jaringan yang bagus, selain itu butuh waktu yang tepat. Maksudnya, kita baru bisa berburu wifi ketika murid-murid di tempat itu pulang. Soalnya, berhubung asrama yang kita tempati adalah sekolah teknik makanya kita kurang bias bebas di pagi hari. Dan aku putuskan, akan lebih bebas jika dimalam hari.
                “Oy, maknafet! Aku minjam laptop buat online ok!”, tanya wahyu.
                “Em! Tapi nanti aku juga mau online”, jawabku.
                “Kamu cari laptop lain aja”, tukasnya belagu sambil berlalu.
                “Oy!oy! itu laptopku! Ish !”, teriakku kesal. “Siapa sih yang punya laptop?!?”, sambungku kesal.
Selanjutnya,
                “Hoy! Balikin laptopnya sekarang”, mintaku.
                “enak aja lu! Yang bawa siapa? Itu lu juga bawa kan”, jawab wahyu.
                “huh! Dasar! Awas lu”, kesalku dalam hati.
Kemudian Mail datang.
                “Woy kalian lagi ngapain?” teriak mail dari kejauhan.
                “Lagi online lah, ngapain lagi?” jawabku.
                “Sinyalnya kuat gak?” kata mail.
                “Kalu gak da lu kuat”, sindirku.
Itulah hiburan lain selama malam hari di asrama. Selain itu, kami juga jalan-jalan ke beberapa daerah wisata di pagi dan siang hari dan malam harinya kami berpencar ketempat yang kami mau masing-masing. Sampai hari ujian pun tiba, kami belajar lebih serius tiap malamnya.

2 bulan pun telah terlewati tanpa terasa, dan kami pun pulang ke palopo. Dan sebelum meninggalkan kota ramah Jogja, kami sempat merekam beberapa kejadian, dan berpamitan dengan teman-teman yang kami jumpai disana.


--- Kelas 2 ---

Selasa, 17 April 2012

Cerita dan Nama Interfold (1)


Hai, aku ira dan umurku sekarang 17 tahun. Aku sudah lulus SMA tahun 2011 kemarin, umurku memang setahun lebih awal dari umumnya, itu karena dulu adalah maniak sekolah. Waktu umur 3 tahun, aku langsung ingin masuk universitas, dan tentu saja “dubrakk!!” gak bakalan ada yang mau menerima, walaupun dulu aku cukup jenius menurut orang-orang sekitar aku. Well, tadi itu basa basi aku yg menurutku sangat basi untuk diceritain.
Ok, sebenarnya aku lebih seneng dipanggil “Maknae”, seneng banget soalnya kalo di Korea Selatan itu artinya yang termuda. Nah berhubung aku penggemar Korea Selatan dan tiap jenjang sekolah umurku selalu yang termuda, makanya aku sengaja mengambil panggilan akrab maknae hehe terus aku potong jadi Nae kedengarannya labih enak, hahaha…

Guys, sebenarnya aku pengen cerita tentang pengalaman first love-ku. Tapi aku bingung mulai dari mana. Jadi aku pikir, aku mulai dari masa SMA yang kata orang itu adalah masa yang paling tak terlupakan.

Hmmm,, aku di masa SMA semuanya normal, dan bahkan bisa dibilang sangatlah normal kalau bahasa inggrisnya extremely normal. Aku bahkan bisa ingat dibagian paling mendetail. Pertama, masalah “style” gak cupu banget tapi gak modis juga, standarlah. Kedua, “nilai” gak buruk, awal semester masuk 10 besar. Ketiga, “tingkat popularitas” cukup dikenal sebagai anak sopan, baik, dan rajin tapi hanya sebatas beberapa kilometer dari kelas aku aja. Dan terakhir, “cowok” hemmhh gak yakin juga mau bahas cowok disini, tapi karena ini penting dijaman SMA, wuuookeh akan aku cerita. Cowok disekolahku lumayanlah, pemain basketnya keren dan cakep tapi aku lihat mereka biasa aja soalnya mereka dulu juga anak basket dari jaman SMP aku, jadi gak ada yang fresh banget wkwkwk, padahal ngeles soalnya aku gak dilirik. Tapi aku gak peduli, gak tau kenapa mungkin karena hormone prospros untuk cewek (kata biologi) ditubuh aku ungkin belum berkembang soalnya umurku diawal semester SMA itu baru masuk 15 tahun. Jadi untuk awal SMA, semua cowok yang lebih tua dari aku , aku anggap kakak. Terus, semua cowok yang sebaya ataupun lebih muda aku anggap teman. Hemh, aku dulu juga cukup tomboy. Euiitthh, tapi aku gak suka dibilang tomboy, aku lebih menganggap diriku itu dibatas kenormalan, gak kearah feminim dan gak kearah gentle. Tapi, walaupun gayaku standar, masih ada aja yang mau tembak aku buat jadi pacar mereka. Ya sudah, bukannya sombong tapi karena gak cukup mengerti mereka aku tolak. Gak tau itu sakit, kecewa atau marah, tapi sejauh ini yang udah aku tolak masih baik-baik aja hubungannya. Nah, untuk 4 hal tadi kayaknya penilaianku di masa SMA dapat nilai standar juga. Wuahahah (ngakak dalam hati).

Hari pertama kelasku pindah kekelas Internasional. Aku ketemu dengan teman SMP yang dulu sekelas selama 3 tahun. Tanpa malu-malu aku ngobrol sama mereka.
“Hey, Ade Karetan (nama ledekan sesuai tempat tinggalnya”, Aku menyapa sambil jalan kearahnya.
“Oy Ira! Kita sekelas lagi? Bosan banget kemarin sudah sekelas 3 tahun, sekarang sekelas sampe tamat lagi”, jawab ade belagu.
“Ih iya, gak seru banget”, celetus Merin (teman aku lumayan cantik yang super gokil)
“Alaaaah, aku juga tau kalau kalian senang. Tapi setidaknya aku gak bakalan lebih bosan karena harus duduk sebangku selama 3 tahun kedepan, gak kayak kalian wakakakakak”, jawabku sambil ngeledek.
Ade dan Merin bertatapan dan serempak berkata, “ahahaha iya yah ternyata kita bareng lagi, sebangku lagi.”
Mereka adalah dua teman aku yang gokil dari 6 temanku yang lebih waras. Mereka sudah 3 tahun sebangku waktu SMP, dan herannya mereka seperti burung merpati yang harus sebangku 3 tahun lagi di SMA. Hihi aku tertawa lirih dalam hati dan bilang seandainya aku juga punya teman yang bias sebangku bertahun-tahun sama kayak mereka.
Tak lama kemudian…
“Wah ada perkelahian perebutan tempat duduk, amannya aku dibelakang ah..”, kataku dalam hati.
“Eh ini tempat duduk aku”, kata salah seorang cewek yang berpenampilan modis.
“Eh ini kan tempat kita kan ra’??” Tanya dede antusias.
“Hehe, iya rencanya gitu, tapi mereka sudah ada duluan soalnya aku datang sedikit lebih lambat dari mereka”, jawabku kikuk.
“Nah, kamu dengarkan. Kami duluan!”, jawab cewek yang tampangnya mirip taylor swift tapi style-nya gak kalah modis dari dede.
“Yaaahh, kalau gitu aku boleh numpang duduk gak nunggu sampai guru nentuin”, jawab dede putus asa.
“Yaudah kalau mau duduk aja”, jawab taylor indo.
“Makasih yah”, jawab dede senyum.
“Okeh.. Yaya kita pindah bangku di belakang yuk”, ajak taylor indo ke anak yang tubuhnya tipis tapi style-nya lumayanlah.
“Ng?? ngapain?”, tanyanya bingung.
“Udah gak papa”, singkat si Taylor indo.
Perdebatan kecil akhirnya selesai, kalau di ingat-ingat lucu juga, awal SMA malah berdebat tempat duduk. Masih jaman gak sih?!? Hahaha. Well guys, 3 cewek diatas tadi itu juga teman sekelas aku selama SMA. Cewek yang bernama Dede terus berdandan modis itu dulu adalah teman SMP aku juga, dia dulu sebangku sama aku, selama 3 tahun kami lumayan dekat. Dan selama aku kenal dia, rasanya dia selalu dapat yang dia mau, makanya waktu kasus tadi aku juga sudah tahu kalau dia bisa dapat bangku yang letaknya dekat meja guru walaupun tanpa bantuan aku. Soalnya sehari sebelum masuk sekolah, kita berdua janjian yang duluan datang harus nge-booking bangku dekat meja guru. Tapi ternyata takdir menjawab lain, aku akhirnya duduk dibangku paling belakang dan dia duduk bangku paling depan persis dekat meja guru. Aku sih gak ada masalah, santai aja hehe. Selanjutnya, cewek kedua yang aku bilang mirip taylor swift itu sebenarnya gak mirip-mirip banget, kalau aku pribadi bilang dia mirip si Ana dari film telenovela Amogos X Siempre. Bener banget kan, selain penampilannya yang gak kalah modis, dia juga kalau ngomong suaranya kencang banget, makanya waktu perdebatan kasus diatas dia gak kalah, nama dia adalah Wulan, dikelas dia dijulukin Speaker Simbadda, haha ingat itu jadi tertawa geli. Nah, cewek terakhir yang aku bilang tipis bernama Yaya (biasanya ditulis Yaayaa). Jujur aja, sebenarnya dulu aku gak begitu ingat kalau dia itu ada dalam kasus itu, wkwkwk (mianhae artinya maaf). Dia dulu anaknya pendiam soalnya cuman dia dan wulan yang berasal dari MTs. Yah begitulah, ternyata dia disuruh pindah kebelakang, setidaknya sebangku didepan aku artinya bangku ke dua dari belakang. Hemmmh, aneh juga ya sampai gak sadar.
Keesokan harinya.
Hay guys, ini hari pertamanya guru mengajar dikelasku secara formal setelah berminggu-minggu MOS. Aku sudah mulai akrab dengan beberapa teman dikelasku selain 6 orang teman SMP. Duduk dibangku belakang ternyata gak seburuk yang orang pikirkan. Kata pepatah “Posisi kursi menentukan prestasi” sepertinya sudah aku patahkan. Selama semester awal aku duduk dibelakang, dan diakhir semester nilaiku cukup bagus, selain itu aku akrab sama beberapa teman cowok dan cewek yang duduknya dibelakang.
“Hey kollang!” (aku lupa nama aslinya tapi akrabnya dipanggil itu hehe)
“Apa?”, jawab kollang berbisik.
“Kalian lagi ngomong tentang apaan?”, jawabku pelan.
“gak penting”, jawabnya singkat.
“bohong, ini kan ditengah pelajaran kok gak penting?”, tanyaku antusias. “Kamu sama wahyu beneran yah??”, sambungku.
“ssttt!! Gak. Kita cuman ngeledek yang gak penting”, jawabnya.
Dibangku belakang itulah yang membuat kami akrab, mengejek teman-teman sampai guru-guru yang mengajarpun kita lakuin dibelakang. Dan dibangku belakanglah tempat ulangan yang aman, asal kamu pandai.


Ditengah semester 1 banyak hal-hal lucu yang terjadi, kebersamaan pun mulai terpupuk. Dan seperti pada umumnya disekolahan, pasti ada yang menjadi korban paparazzi. Di jodoh-jodohin sudah biasa, pacaran sekelas sudah lazim, sampai berkelahi sama teman sekelas itu sudah pernah terjadi.

 Kejadian-kejadian itu mungkin bakalan ada di kuliahan tapi gak bakalan seseru waktu SMA kemarin apalagi pada semester awal yang semuanya keliatan cupu dan polos. wakakakak^^


--- bersambung ­---