Selasa, 17 April 2012

Cerita dan Nama Interfold (1)


Hai, aku ira dan umurku sekarang 17 tahun. Aku sudah lulus SMA tahun 2011 kemarin, umurku memang setahun lebih awal dari umumnya, itu karena dulu adalah maniak sekolah. Waktu umur 3 tahun, aku langsung ingin masuk universitas, dan tentu saja “dubrakk!!” gak bakalan ada yang mau menerima, walaupun dulu aku cukup jenius menurut orang-orang sekitar aku. Well, tadi itu basa basi aku yg menurutku sangat basi untuk diceritain.
Ok, sebenarnya aku lebih seneng dipanggil “Maknae”, seneng banget soalnya kalo di Korea Selatan itu artinya yang termuda. Nah berhubung aku penggemar Korea Selatan dan tiap jenjang sekolah umurku selalu yang termuda, makanya aku sengaja mengambil panggilan akrab maknae hehe terus aku potong jadi Nae kedengarannya labih enak, hahaha…

Guys, sebenarnya aku pengen cerita tentang pengalaman first love-ku. Tapi aku bingung mulai dari mana. Jadi aku pikir, aku mulai dari masa SMA yang kata orang itu adalah masa yang paling tak terlupakan.

Hmmm,, aku di masa SMA semuanya normal, dan bahkan bisa dibilang sangatlah normal kalau bahasa inggrisnya extremely normal. Aku bahkan bisa ingat dibagian paling mendetail. Pertama, masalah “style” gak cupu banget tapi gak modis juga, standarlah. Kedua, “nilai” gak buruk, awal semester masuk 10 besar. Ketiga, “tingkat popularitas” cukup dikenal sebagai anak sopan, baik, dan rajin tapi hanya sebatas beberapa kilometer dari kelas aku aja. Dan terakhir, “cowok” hemmhh gak yakin juga mau bahas cowok disini, tapi karena ini penting dijaman SMA, wuuookeh akan aku cerita. Cowok disekolahku lumayanlah, pemain basketnya keren dan cakep tapi aku lihat mereka biasa aja soalnya mereka dulu juga anak basket dari jaman SMP aku, jadi gak ada yang fresh banget wkwkwk, padahal ngeles soalnya aku gak dilirik. Tapi aku gak peduli, gak tau kenapa mungkin karena hormone prospros untuk cewek (kata biologi) ditubuh aku ungkin belum berkembang soalnya umurku diawal semester SMA itu baru masuk 15 tahun. Jadi untuk awal SMA, semua cowok yang lebih tua dari aku , aku anggap kakak. Terus, semua cowok yang sebaya ataupun lebih muda aku anggap teman. Hemh, aku dulu juga cukup tomboy. Euiitthh, tapi aku gak suka dibilang tomboy, aku lebih menganggap diriku itu dibatas kenormalan, gak kearah feminim dan gak kearah gentle. Tapi, walaupun gayaku standar, masih ada aja yang mau tembak aku buat jadi pacar mereka. Ya sudah, bukannya sombong tapi karena gak cukup mengerti mereka aku tolak. Gak tau itu sakit, kecewa atau marah, tapi sejauh ini yang udah aku tolak masih baik-baik aja hubungannya. Nah, untuk 4 hal tadi kayaknya penilaianku di masa SMA dapat nilai standar juga. Wuahahah (ngakak dalam hati).

Hari pertama kelasku pindah kekelas Internasional. Aku ketemu dengan teman SMP yang dulu sekelas selama 3 tahun. Tanpa malu-malu aku ngobrol sama mereka.
“Hey, Ade Karetan (nama ledekan sesuai tempat tinggalnya”, Aku menyapa sambil jalan kearahnya.
“Oy Ira! Kita sekelas lagi? Bosan banget kemarin sudah sekelas 3 tahun, sekarang sekelas sampe tamat lagi”, jawab ade belagu.
“Ih iya, gak seru banget”, celetus Merin (teman aku lumayan cantik yang super gokil)
“Alaaaah, aku juga tau kalau kalian senang. Tapi setidaknya aku gak bakalan lebih bosan karena harus duduk sebangku selama 3 tahun kedepan, gak kayak kalian wakakakakak”, jawabku sambil ngeledek.
Ade dan Merin bertatapan dan serempak berkata, “ahahaha iya yah ternyata kita bareng lagi, sebangku lagi.”
Mereka adalah dua teman aku yang gokil dari 6 temanku yang lebih waras. Mereka sudah 3 tahun sebangku waktu SMP, dan herannya mereka seperti burung merpati yang harus sebangku 3 tahun lagi di SMA. Hihi aku tertawa lirih dalam hati dan bilang seandainya aku juga punya teman yang bias sebangku bertahun-tahun sama kayak mereka.
Tak lama kemudian…
“Wah ada perkelahian perebutan tempat duduk, amannya aku dibelakang ah..”, kataku dalam hati.
“Eh ini tempat duduk aku”, kata salah seorang cewek yang berpenampilan modis.
“Eh ini kan tempat kita kan ra’??” Tanya dede antusias.
“Hehe, iya rencanya gitu, tapi mereka sudah ada duluan soalnya aku datang sedikit lebih lambat dari mereka”, jawabku kikuk.
“Nah, kamu dengarkan. Kami duluan!”, jawab cewek yang tampangnya mirip taylor swift tapi style-nya gak kalah modis dari dede.
“Yaaahh, kalau gitu aku boleh numpang duduk gak nunggu sampai guru nentuin”, jawab dede putus asa.
“Yaudah kalau mau duduk aja”, jawab taylor indo.
“Makasih yah”, jawab dede senyum.
“Okeh.. Yaya kita pindah bangku di belakang yuk”, ajak taylor indo ke anak yang tubuhnya tipis tapi style-nya lumayanlah.
“Ng?? ngapain?”, tanyanya bingung.
“Udah gak papa”, singkat si Taylor indo.
Perdebatan kecil akhirnya selesai, kalau di ingat-ingat lucu juga, awal SMA malah berdebat tempat duduk. Masih jaman gak sih?!? Hahaha. Well guys, 3 cewek diatas tadi itu juga teman sekelas aku selama SMA. Cewek yang bernama Dede terus berdandan modis itu dulu adalah teman SMP aku juga, dia dulu sebangku sama aku, selama 3 tahun kami lumayan dekat. Dan selama aku kenal dia, rasanya dia selalu dapat yang dia mau, makanya waktu kasus tadi aku juga sudah tahu kalau dia bisa dapat bangku yang letaknya dekat meja guru walaupun tanpa bantuan aku. Soalnya sehari sebelum masuk sekolah, kita berdua janjian yang duluan datang harus nge-booking bangku dekat meja guru. Tapi ternyata takdir menjawab lain, aku akhirnya duduk dibangku paling belakang dan dia duduk bangku paling depan persis dekat meja guru. Aku sih gak ada masalah, santai aja hehe. Selanjutnya, cewek kedua yang aku bilang mirip taylor swift itu sebenarnya gak mirip-mirip banget, kalau aku pribadi bilang dia mirip si Ana dari film telenovela Amogos X Siempre. Bener banget kan, selain penampilannya yang gak kalah modis, dia juga kalau ngomong suaranya kencang banget, makanya waktu perdebatan kasus diatas dia gak kalah, nama dia adalah Wulan, dikelas dia dijulukin Speaker Simbadda, haha ingat itu jadi tertawa geli. Nah, cewek terakhir yang aku bilang tipis bernama Yaya (biasanya ditulis Yaayaa). Jujur aja, sebenarnya dulu aku gak begitu ingat kalau dia itu ada dalam kasus itu, wkwkwk (mianhae artinya maaf). Dia dulu anaknya pendiam soalnya cuman dia dan wulan yang berasal dari MTs. Yah begitulah, ternyata dia disuruh pindah kebelakang, setidaknya sebangku didepan aku artinya bangku ke dua dari belakang. Hemmmh, aneh juga ya sampai gak sadar.
Keesokan harinya.
Hay guys, ini hari pertamanya guru mengajar dikelasku secara formal setelah berminggu-minggu MOS. Aku sudah mulai akrab dengan beberapa teman dikelasku selain 6 orang teman SMP. Duduk dibangku belakang ternyata gak seburuk yang orang pikirkan. Kata pepatah “Posisi kursi menentukan prestasi” sepertinya sudah aku patahkan. Selama semester awal aku duduk dibelakang, dan diakhir semester nilaiku cukup bagus, selain itu aku akrab sama beberapa teman cowok dan cewek yang duduknya dibelakang.
“Hey kollang!” (aku lupa nama aslinya tapi akrabnya dipanggil itu hehe)
“Apa?”, jawab kollang berbisik.
“Kalian lagi ngomong tentang apaan?”, jawabku pelan.
“gak penting”, jawabnya singkat.
“bohong, ini kan ditengah pelajaran kok gak penting?”, tanyaku antusias. “Kamu sama wahyu beneran yah??”, sambungku.
“ssttt!! Gak. Kita cuman ngeledek yang gak penting”, jawabnya.
Dibangku belakang itulah yang membuat kami akrab, mengejek teman-teman sampai guru-guru yang mengajarpun kita lakuin dibelakang. Dan dibangku belakanglah tempat ulangan yang aman, asal kamu pandai.


Ditengah semester 1 banyak hal-hal lucu yang terjadi, kebersamaan pun mulai terpupuk. Dan seperti pada umumnya disekolahan, pasti ada yang menjadi korban paparazzi. Di jodoh-jodohin sudah biasa, pacaran sekelas sudah lazim, sampai berkelahi sama teman sekelas itu sudah pernah terjadi.

 Kejadian-kejadian itu mungkin bakalan ada di kuliahan tapi gak bakalan seseru waktu SMA kemarin apalagi pada semester awal yang semuanya keliatan cupu dan polos. wakakakak^^


--- bersambung ­---

0 Comments:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.